ACARA III
DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP
ERKECAMBAHAN TANAMAN
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman budidaya
2. Mengetahui
perbedaan tanggapan perkembangan beberapa tanaman budidaya pada kondisi asam.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Hujan
asam adalah hujan yang memiliki pH di
bawah 6,5. Secara alami hujan asam dapat terjadi karena semburan dari gunung
apai, rawa dan laut. Tetapi biasanya hujan asam diakibatkan oleh aktivitas
manusia seperti kegiatan industri, asap dari kendaraan bermotor, pabrik-pabrik,
dan tenaga listrik. Gas-gas yang dihasilkan dapat terbawa oleh angin dan
sebelum berubah menjadi awan dapat terdeposit di dalam tanah (Diana, 2009).
Keasaman hujan biasanya disebabkan oleh karbondioksida diudara yang bereaksi
dengan uap air menjadi asam lemah bikarbionat. Jenis asam dalam hujan ini
sangat beranfaat karena adapat
melarutkan mineral dalam tanah ynag dibutuhkan oleh tanaman dan hewan. Namun
jika tingkat keasaman yang terkandung dalam hujan asam ini terlalu rendah, maka
dapat berdampak negatif terhadap makhluk hidup dan lingkungannya. Karena
easaman hujan ini juga dapat bersifat korosif dan dapat menyebabkan berbagai
jenis gangguan kesehatan pada manusia tumbuhan dan hewan (Lestari, 2012).
Sulfur
dioksida dan hujan asam dapat mempengaruhi fisiologi dan biokimia tanaman. Asam
sulfat dapat menghilangkan ion magnesium sehingga mengubah klorofil menjadi phaeofilin.
Hubungan ini dapat menyebabkan pengaruh kematian ayau kerusakan lainnya (Pohan,
2004). Sebagai contohnya perendaman benih dalam asam sulfat pekat selama 20
menit berpengaruh kepada pelunakan kulit benih dan bagian luas (testa). Asam
sulfat juga mempengaruhi pada perkecambahan melalui peningkatan temperatur.
Apabila temperatur pada saat pengenceran asam sulfat tinggi, maka akan
mengakibatkan imbisi asam sulfat ke dalam benih. Perlakuan perendaman dengan
asam sulfat dikombinasikan dengan lamanya perendaman yang brbeda akan
mempengaruhi banyaknya larutan asam sulfat yang terserap kedalam benih
(Suyatmini, 2006).
Berlebihnya
tingkat konsentrasi zat pencemar NOX dan SOX hingga
melampaui garis batas toleransi yang diperkenankan akanmempunayai dampak
negatif yang berbahaya terhadap makhluk hidup dan lingkungan, serta berpengaruh
terhadap kualitas air hujan (hujan asam) yang berakibat pada mata rantai
makanan berikutnya yaitu pada ekosistem flora dan fauna. Pada kondisi tertentu,
oksida sulfur dan oksida nitrogen dari hasl pembakaran bahan bakar fosil akan
berubah secara kimiawi di atmosfer menjadi asam sulfat dan asam nitrat. Adanya
SO di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air terlalu
rendah. Jika uap air tersebut tedapat dalam jumlah cukup SO dan uap air akan
segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4).
Perubahan NOX menjadi HNO3 juga terjadi di atmotsfer yang
kemudian juga bereaksi dengan cepat dengan partikel nitrat. Pencemaran lain
seperti karbon dioksida dan senyawa organik yang mudah menguap ikut berperan
pula dan dalam bereaksi dengan kedua asam kuat tersebut. Kedua bentuk asam
tersebut yaitu asam nitrat dan asam sulfat akan tercuci dan terlarut dalam air
hujan yang beraakibat kepada hujan asam, dan akan mengakibatkan banyak kerugian
(Budiyono, 2009).
Polui
ini akan menyebar dari subernya melalui dispersi dan disposisi, yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas udara, kualitas air, dan kandungan mineral serta
hara dalam tanah (Iswan, 2010). Pencemaran itu sendiri dapat diartikan sebagai
perubahan fisik, kimia dan biologis yang dapat terjadi pada udara dan air.
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup yang lainnya, serta juga merusak proses-proses industri,
serta merusak sumber daya mentah (Odum, 1971).
Namun
dibalik banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh hujan asam, hujan asam juga
memiliki dampak positif yaitu hujan asam memberikan keuntungan berupa
menimalisir pemanasan global dengan adanya produsen ilmiah gas methan oleh
mikroba dilahan basah. Methan diyakini memiliki andil 22% dalam peningkatan
effect rumah kaca. Methan diproduksi oleh mikroba di lahan basah (Berts, 2006).
Proses
terjadinya hujan asam adalah hujan asam dapat dibentuk oleh reaksi dari gas
yang mengandung sulfat. Sulfat dioksida (SO2) bereaksi dengan
oksigen (O2) dengan bantuan sinar ultraviolet, kemudian proses ini
akan menghasilkan sulfat trioksida (SO3) yang akan menyatu setelah
bereaksi, yaitu melalui air laut yang naik ke udara dengan tujuan menghasilkan
asam sulfat (H2SO4). Proses ini kemudian menyatu dengan
gas yang terkandung dalam menghasilkan aminia udara. Partikel yang terkandung
dan yang mengendap di udara akan digerakkan oleh angin untuk membentuk tetesan
halus dari suatu tempat ke tempat lain. Ketika dimana semuanya sudah terkumpul
pada suatu tempat, maka tetesan asam sulfat dan amonia butiran sulfat akan
memecah dalam bentuk butiran air dan jatuh kepermukaan bumi menjadi hujan asam
(Matahelumual, 2010).
III.
METODE
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum
dasar-dasar ekologi acara III yang berjudul Dampak Hujan Asam Terhadap
Perkecambahan Tanaman Budidaya dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, universitas Gadjah Mada, pada
Hari Senin, 24 Maret 2014. Pada praktikum ini alat – alat yang digunakan selama
praktikum ini adalah petridish, sprayer plastik, gelas ukur, erlenmeyer, pipet
dan pH tester, sedangkan bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah benih 3 jenis tanaman yaitu padi (Oryza
sativa), jagung (Zea mays). Dan
kacang tanah (Arachis hypogaea).,
larutan H2SO4, akuades, serta kertas filter.
Pada
pelaksanaan praktikum ini pertama-tama yang dilakukan adalah larutan asam
dibuat dengan menggunakan akuades sebnayak 500 ml yang ditetesi H2SO4
hingga mencapai kondisi keasaman tertentu yang dapat ditentukan dengan
menggunakan pH tester. banyaknya larutan H2SO4 yang
digunakan untuk membuat larutan dicatat. Dengan cara tadi, dibuat dibuat
larutan asam dengan keasaman yang berbeda yaitu pH 4, pH 5, pH 6, pH 7.
Selanjutnya masing-masing larutan dengan kadar asam yang berbeda dimasukkan ke
dalam sprayer plastik yang berlainan dan diberi label. Lalu petridish disiapkan
utuk perlakuan keasaman pada ketiga jenis tnaman budidaya tersebut.
Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan 3 kali. Biji yang telah disiapkan
diatur di dalam cawan petridish yang telah dilapidi kertas filter. Pada
masing-masing petridish ditanami 10 biji tanaman.
Pengamatan
dilakukan selama 7 hari yang meliuti jumlah biji yang berkecambah, panjang
batang dan panjang akar. Terakhir, pada hari ke 7, diamati kecepatan
berkecambah, gaya berkecambah, dan rasio akar/batang. Kemudian dibuat grafik
perkecambahan dalam bernagai perlakuan.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Tabel
4.1.1 Banyaknya Biji Padi yang Berkecambah
PH
|
Banyak biji yang berkecambah pada
hari ke-
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
pH 4
|
0,00
|
0,00
|
7,50
|
9,00
|
9,25
|
9,50
|
9,50
|
pH 5
|
0,00
|
0,00
|
6,50
|
8,75
|
9,75
|
10,00
|
10,00
|
pH 6
|
0,00
|
0,00
|
8,00
|
9,50
|
9,50
|
9,75
|
9,75
|
pH 7
|
0,00
|
0,00
|
7,25
|
8,75
|
9,00
|
9,25
|
9,25
|
Tabel
4.2.2 Tinggi Batang Padi
PH
|
Panjang Batang (cm) hari ke-
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
pH 4
|
0,00
|
0,00
|
0,24
|
1,07
|
2,18
|
3,38
|
4,02
|
pH 5
|
0,00
|
0,00
|
0,27
|
1,03
|
1,87
|
2,96
|
3,83
|
pH 6
|
0,00
|
0,00
|
0,65
|
1,35
|
1,89
|
3,02
|
3,83
|
pH 7
|
0,00
|
0,00
|
0,42
|
1,41
|
2,17
|
3,00
|
3,80
|
Tabel
4.2.3 Panjang Aka Padi
PH
|
Panjang Akar pada hari ke-
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
pH 4
|
0,08
|
0,24
|
1,67
|
2,87
|
3,31
|
4,17
|
4,33
|
pH 5
|
0,13
|
0,34
|
1,67
|
3,28
|
4,02
|
4,59
|
4,90
|
pH 6
|
0,10
|
0,32
|
1,56
|
3,46
|
4,17
|
5,00
|
5,28
|
pH 7
|
0,00
|
0,04
|
1,03
|
2,98
|
3,71
|
4,51
|
4,99
|
Tabel
4.2.4 Gaya Berkecambah (GB) Tanaman Padi
pH
|
Gaya
Berkecamabah (GB)
|
pH
4
|
95
%
|
pH
5
|
100%
|
pH
6
|
97,5
%
|
pH
7
|
92,5
%
|
Tabel
4.2.5 Indeks Vigor (IV) Tanaman Padi
PH
|
Indeks Vigor (IV)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
pH 4
|
0
|
0
|
1,5
|
0,37
|
0,05
|
0,05
|
0
|
pH 5
|
0
|
0
|
2,16
|
0,56
|
0,20
|
0,04
|
0
|
pH 6
|
0
|
0
|
2,66
|
0,37
|
0
|
0,04
|
0
|
pH 7
|
0
|
0
|
2,41
|
0,37
|
0,05
|
0,04
|
0
|
Tabel
4.2.6 Rasio (PA/PB) Tanaman Padi
PH
|
Rasio tanaman padi pada hari ke-
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
pH 4
|
0
|
0
|
6,95
|
2,68
|
1,18
|
1,23
|
1,07
|
pH 5
|
0
|
0
|
6,80
|
3,18
|
2,14
|
1,55
|
1,27
|
pH 6
|
0
|
0
|
2,40
|
2,56
|
2,20
|
1,65
|
1,37
|
pH 7
|
0
|
0
|
2,45
|
2,11
|
1,70
|
1,50
|
1,31
|
B. Pembahasan
Hujan asam merupakan
hujan dengan pH kurang dari 5,7. Hujan asam biasanya disebabkan oleh
unsur-unsur SOX dan NOX yang menyebabkan nilai ph air
hujan turun, ph rendah atau kondisi asam berpengaruh kepada semua makhluk hidup
yang ada di muka bumi. Pada tanaman sendiri akan berpengaruh terhadap proses
perkecambahan. Dampak hujan asam ada dua, yaitu deposisi basah dan deposisi
kering. Deposisi kering dapat berupa gas asam dan aerosol yang dapat
mengakibatkan stress umum pada tanaman, sedangkan deposisi basah berupa hujan,
kabut dan salju yang dapat menyebabkan kulitas dan kuantitas anaman terganggu.
Pada dasarnya keadaan yang sangat
asam dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan biji, walaupun biji
tersebut toleran atau tahan terhadap suasana lingkungan yang asam. untuk
membuktikan hal tersebut maka dilakukan percobaan seperti praaktikum
Dasar-dasar Ekologi dengan judul Dmpak Hujan Asam terhadap perkecambahan
tanaman bididaya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis
biji tanaman budidaya diantaranya padi (Oryza
sativa), kacang hijau (Vigna radiata),
jagung (Zea mays). Pada percobaan ini
biji tanaman budidaya tersebut akan diberikan larutan H2SO4 dengan perlakuan
pemberian ph yang berbeda-beda, yaitu ph 4, ph 5, ph 6 dan ph 7, kemudian
diamati tanggapan biji-biji tersebut terhadap perlakuan keasaman. Oleh sebab
itu, maka dalam praktikum ini akan didapatkan panjang akar, panjang batang,
gaya berkecambah (GB), indeks vigor (IV), dan rasio untuk setiap tanaman.
Tanaman
Padi (Oryza sativa)
Gambar
4.2.1 Histogram Panjang Batang Tanaman Padi
Histogram di atas merupakan
panjang batang padi selama 7 hari yang dikecambahkan pada berbagai perlakuan
yaitu perlakuan pada ph 4, ph 5, ph 6 dan ph 7 menunjukkan bahwa pada ph 4
memiliki panjang batang terpanjang, kemudian diikuti oleh ph 6, ph 5 dan yang
paling pendek adalah pada perlakuan ph 7. Hal ini dikarenakan tidak semua
tanaman bisa tumbuh secara optimal pada ph yang terlalu tinggi, jika suatu
tempat memiliki kandungan asam yang terlalu tinggi, maka akan berakibat buruk
pada pertumbuhan tanaman, yaitu dapat berupa perkecambahan tanaman terganggu,
tanaman menjadi pendek, dan merusak sel-sel pada tubuh tumbuhan dan
sebagainnya.
Gambar
4.2.2 Histogram Panjang Akar Tanaman Padi
Pada histogram
di atas di dapatkan bahwa pada perlakuan pH 6 merupakan perkecambahan yang
memiliki akar yang paling panjang selama 7 hari pengamatan. Kemudian diikuti
dengan PH 7, ph 5, dan terakhir ph 4. Perkecambahan akan akan tumbuh dengan
baik pada keadaan lingkungan yang dengan ph netral. Sebab, jika suatu lingkungan
terlalu asam maka biji akan mengalami perlambatan terhadap perkecambahan,
karena efek asam pada perkecambahan dan pertumbuhan adalah merusak sistem
perkecambahan dan perakaran yang ada. Pada histogram diatas dari perlakuan
dengan ph 4 sampai perlakuan ph 6 mengalami selisih panjang akar yang cukup
tinggi ke arah perlakuan pada ph 6. Hal ini sudah sesuai dengan teori. Hanya
saja pada perlakuan dengan ph 7 harusnya lebih tinggi dibandingkan ph yang
lainnya, hal ini mungkin saja di sebabkan oleh faktor lain karena dimungkinkan
jika pada percobaan terlalu banyak menyiramkan larutan asam, sehingga kandungan
asam berlebih pada perkecamabahan tersebut, dengan berlebihnya kandungan asam
maka akan menyebabkan penurunan daya tumbuh pada tanaman perlakuan ph 7.
Gamabar 4.2.3 Histogram gaya
perkecambahan (GB) Pada Tanaman Padi
Pada histogram
diatas dapat kita lihat bahwa gaya perkecambahan yang tertinggi dialami oleh
perkecambahan pada perlakuan ph 5, kemudian secara berurutan diikuti perlakuan
pada ph 6, kemudian ph 4, dan yang terakhir perlakuan pada ph 7. Disisni dapat
dilihat bahwa GB yng terendah dialami oleh perkecambahan dengan perlakuan ph 7.
Hal ini dapat terjadi karena kualitas tiap-tiap biji tanaman tersebut
berbeda-beda, ada biji yang peka terhadap kadar asam yang tinggi dan ada pula
yang tidak. Biji padi pada perlakuan ph 5 dimungkinkan merupakan biji yang
memiliki sifat tahan terhadap kadar asam, sehingga banyak atau sedikitnya asam
tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhannya. berebeda dengan biji
padi pada perlakuan ph 5 yang memungkinkan merupakan biji yang memiliki sifat
rentan terhadap kadar asam yabg tinggi, sehingga jika kadar asam berlebih maka
akan berpengaruh menghambat pertumbuhan biji tersebut.
Gamabar 4.2.4 Grafik Indeks Vigor
Tanaman Padi Pada Berbagai Perlakuan
Pada
grafik ini menunjukkan pengamatan indeks vigor tanaman padi selama tujuh hari.
indeks vigor merupakan kecepatan biji untuk berkecambah. Oleh karena itu dari
grafik di atas dapat diketahui bahwa indeks vigor tertinggi pada biji padi
adalah pada perlakuan ph 6, yang kemudian secara berurutan diikuti oleh
perlakuan ph 7, kemudian ph 5, dan yang terakhir perlakuan ph 4. Pada grafik di
atas dapt diketahui bahwa pada hari pertama sampai hari kedua semua biji belum
mengalami perkecambahan, perkecambahan baru muncul dengan pesat setelah hari
kedua. dan mengalami pertumbuhan tertinggi sekitar hari ketiga, dan setelah itu
pertumbuhan berlahan-lahan mengalami penurunan pertumbuhan pada hari keempat
dan kelima, sampai akhirnya tidak tumbuh dan berkembang sama sekali pada hari terakhir
atau hari ke tujuh. Hal ini dikarenakan kecepatan berkecambah biji padi secara
optimal baru terjadi pada hari ketiga,
karena dimungkinkan hormon-hormon pertumbuhannya baru aktif optimal pada saat hari yang ketiga, dan
mengalami penurunan fungsi hormon pertumbuhan pada hari ke tujuh, sejingga pada
hari ketujuh perkecambahan sama sekali tidak terjadi pada semua perlakuan.
Gambar
4.2.5 Grafik Rasio Tanaman Padi
Grafik di tas
menunjukkan rasio tanaman padi selama tujuh hari pengamatan. Rasio merupakan
perbandingan panjang akar dengan panjang batang biji yang berkecambah. Pada
grafik di atas, ditunjukkan bahwa rasio yang tertinggi terjadi paha perlakuan
ph 4. dan secara berurutan diikuti oleh perlakuan ph 5, kemudian ph 6 dan yang
terakhir ph 7. Pada pengamatan rasio ini, terjadi hasil yang terlalu acak,
sehingga tidak dapat diperhatikan secara pastil pengaruh keasaman terhadap
perkecanbahan biji padi. Hal ini dapat terjadi karena biji padi yng
dipergunakan memiliki kualitas yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Fktor lain yang mempengaruhi adalah perlakuan yang diberikan kepada
setiap biji padi bisa saja berbeda dalam jumlah banyaknya penyemprotan yang
dilakukan. Akan tetapi, secara teori seharusnya ph 7 memiliki rasio yang paling
tinggi karena dengan panjang akar yang lebih panjang dibandingkan perlakuan
yang lain dibagi dengan panjang batang yang dimiliki perlakuan lain, maka
hsilnya seharusnya rasio ph 7 merupakan rasio tertinggi.
V.
KESIMPULAN
1.
Dalam pertumbuhan tanaman, ph memiliki
pengaruh yang cukup besar sehingga dapat dilihat dari panjang akar dan panjang
tanaman akan terpengaruh.
2.
Pengaruh tingkatkeasaman yang tinggi
meliputi penurunan kualitas dan kuantitas tanaman, mengganggu metabolisme
tanaman, dan mengganggu pengangkutan unsur hara dalama tanah.
3.
Tanaman yang digunakan dalam praktikum
ini adalah padi (Oryza sativa),
jagung (Zea mays), dan kacang hijau (Vigna radiata). biji-biji tanaman ini
masih bisa tumbuh dalam kondisi asam waaupun ada yang mengalami gangguan yaitu
berupa pertumbuhan yang lambat.
DAFTAR PUSTAKA
Berts. 2006.
Hadleycenter for climate produktion and research. Journal Proceedings of The Natural Academy of Science,
Inggris.ara 2
Budiyono . 2009.
Pencemaran udara dan dampak pencemaran udara pada lingkungan. Jurnal Berita Dirgantara 2:37-40
Diana.2009.
Penyebab dampak dan pengendalian hujan asam. http://eart 2. ecotat.ac.jp./multiplay/diana/hujan.html
. Diakses tanggal 26 maret 2013.
Hewitt, Paul, G.
2003. Conseptual intergrated science. San Fransisco : Person Education, Inc.
Iswan. 2010.
Hujan asam adalah http://www.kamusq.com/2012/10/hujan-asam-adalah- pengertian-dan.html .
Diakses 13 Mei 2013
Matahelumuel,
B.C. 2010. Potensial terjadinya hujn asam di Kota Bandung. Jurnal Lingkungan dan Bebcana Geologi.
1(2):59-70.
Odum, E.P. 1971.
Fundamental of ecology. 3th Ed. W.B. Sanders Company. Philadelphia.
Pohan, N. 2004.
Pencemaran udara. Program studi Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. Jurnal
Lingkungan Hidup. 8 :25-26.
Suyatmini, E.D.,
Hestuti dan S. Darmanti. 2006. Pengaruh lama perendaman dan konsentrasi asam sulfat (H2SO4) terhadap perkecambahan
benih jati 4: 28-36.
LAMPIRAN
1. Gambar
Perkecambahan Padi
A. Perlakuan dengan ph 4
Gamabar
6.1.1 perlakuan 1 Gambar
6.1.2 Perlakuan 2
B. Perlakuan dengan PH 5
Gamabar 6.2.1 Perlakuan 1 Gambar 6.2.2
Perlakuan 2
C. Perlakuan dengan PH 6
Gambar
6.3.1 perlakuan 1 Gambar
6.3.2 Perlakuan 2
D.
Perlakuan
dengan PH 7
Gambar
6.4.1 Perlakuan 1 Gambar
6.4.2 Perlakuan 2
*(SUMBER : DOKUMENTASI PENGAMAT)
SEGAGENESIS CASINO - SEGAGENESIS - Official Site
BalasHapusWelcome to the official SEGAGENESIS CASINO web site! It's YOUR OFFICIAL ONLINE CASINO! Take advantage of our 샌즈 카지노 주소 great offers and get
The Casino: The Home of Online Gaming in Ghana
BalasHapusThe casino 포커 is located at The Casinos of 블랙 잭 애니 Ghana, 벳인포승무패계산기 an international resort. With a total of 라이브스코어사이트 5000 slot machines and a large variety of 에볼루션바카라작업 table games