Senin, 28 April 2014

Laporan Dasar-Dasar Ekologi Kompetisi inter dan intra spesifik sebagai faktor pembatas biotik


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA II
KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR
PEMBATAS BIOTIK

index.jpg
Disusun oleh:
Nama                          : Suci Febryani
NIM                            : 13/346040/PN/13140
Golongan/kelompok   : A1/1
Asisten                        : Ahmad Khoirudin Asrifi
                                      M.R Ali Fikri
                                      Seilana Kusumawati

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014













ACARA II
KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

I.                   TUJUAN

1.                  Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman
2.                  Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi adalah hubungan antara makluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kompetisi merupakan interaksi antara dua atau banyak individu, kompetisi antar individu itu terjadi karena adanya sumber kebutuhan zat – zat yang diperlukan oleh tanaman tersebut terbatas atau sempit, kualitas sumber yang tersedia pada suatu tempattersebut tidak ssuai dengn sumber kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman tersebut (Elfidasari, 2007).
Terjadinya kompetisi antara suatu organisme dengan organisme lainnya itu dapat terjadi karena adanya persaingan dalam mendapatkan sinar matahari, unsur hara, air, udara, dan dalam mendapatkan ruang untuk tumbuh dan berkembng, sehingga untuk mendapatkan semua kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman itu harus ada persiangan antara satu sama lain dalam suatu tempat tumbuh yang sama. Karena adanya persaingan antara suatu individu atau lebih dalam kompetisi, ada dua kemungkinan hasil yang bisa terjadi, yaitu pesaing yang lemah dalam ompetisi tersebut akan punah, atau salah satu spesies yang hidup bersamaan dengan spesies lain akan mampu mempertahankan hidupnya dengan mendapatkan suplai sumber hara dan sumber kebutuhan lain yang sedikit (Cambell and Mitchell, 1987). Jadi, jika pospulasi dalam suatu tempat meningkat dan semua organisme membutuhkan kebutuhan yang sama terhadap suatu sumber yang terbatas, akibatnya organisme atau spesies yang kalah dalam kompetisi akan mati, sehingga angka kematian akan meningkat dan angka kelahiran menurun. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan populasi akan menjadi menurun.
Menurut Mei (2009), kompetisi itu dapat dibedakan menjadi kompetisi interspesifik, intraspesifik dan intraplan.kompetisi intraspesifik itu merupakan persaingan antar organisme yang sama dalam lahan dan waktu yang sma. Kompetisi interspesifik adalah setiap kompetisi – kompetisi yang mempunyai pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan bagi tumbuhan lainnya, kompetisi akan membawa akan membawa ke pemisahan ekologi dari suatu jenis yang serupa atau spesies yang berhubungan erat, atau yang disebut dengan asas larangan kompetisi. Secara serempak kompetisi mengasilkan banyak seleksi adaptasi yang meningkatkan  kehidupan bersama dari suatu organisme yang beranekaragam yang berbeda di suatu wilayah tertentu (Odum, 1983).
Kompetisi interplan merupakan persaingan antara organ vegetatif atau organ generatif dalam tubuh suatu tanaman. Akibatnya adalah perbedaan tinggi batang, perbedaan jumlah daun, dan diameter lateral akar. Dengan demikian juga akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter maupun dalam kemampuan untuk memproduksi buah, tidak seperti tanaman yang berbeda spesies, tanaman spesies yang sama memiliki kebutuhan yang sama antara satu dengan yang lain (Weafer and Frederic, 1983).
Setiap spesies tumbuhan memerlukan lingkungan yang sesuai untuk hidup sehingga persyaratan untuk hidup setiap spesies berbeda-beda, Dimana mereka hanya menempati bagian yang cocok bagi kehidupannya. Komponen suatu komonitas ditentukan oleh komponen komponen tumbuhan yang mencapai klimaks dan mampu hidup dalam lingkungan tersebut. Sehingga pada suatu komonitas, pengendali kehadiran spesies dapat berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dapat juga sifat fisik habitat. Tetapi tidak batas yang jelas diantara keduanya, sebab di antara keduanya dapat saling mempengaruhi (Djuffi, 2006). Sebagaimana contohnya dalam kompetisi antar tanaman dan gulma atau sebaiknya dapat dilihat dengan menggunakan model replacemen series (percobaan subsitusi) telah digunakan secara luas untuk menilai gangguan, differensiasi niche, pemanfaatan sumber daya dan produktifitas dalam kultur campuran spesies sederhana. Perlakuan dari replacement series menekankan pada total kepadatan (densitas) spesies. Kelompok spesies yang berbeda ditumbuhkan dalam satu kultur campuran dengan variasi jumlah individu dari masing-masing spesies dengan total kepadatan tanaman atau jumlah tanaman setiap pot sama pada kultur cmpuran. Hasil pengamatan pada setiap spesies dari diagram replacement (subsitusi) cendrung berkaitan dengan banyaknya tingkat gangguan intraspesifik dan interspesifik (Pranasari et al., 2012)
Untuk mengatasi adanya kompetisi pada antar spesies maka bisa digunakan sistem tumpang sari atau mengatur jarak tanaman antar tanaman. Dengan metode ini akan menghasilkan produksi total tanaman lebih tinggi dan mampu memelihara kesuburan tanah daripada pola monokultur. Pola penanaman tumpang sari ini akan lebih efisien dalam menyerapan air, menyerap zat-zat unsur hara, dan mendapatkan cahaya dari sinar matahari (Elfidasari, 2007).
Pada penerapan pola tanam menggunakan sistem tumpang sari ini akan sangat merugikan jika ada salah satu jenis tanaman mengeluarkan zat beracun untuk jenis yang lain (aleopati) atau menjadi inang bagi hama penyakit jenis yang lain. Untuk menghindari dampak negatif dari aleopati tersebut, maka diperlukan ketelitian dan pemilihan yang sangat cermat dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan ditanaman dalam satu lahan dengan menggunakan sistem tumpang sari. Dengan adanya respon tanaman terhadap faktor pembatas pertumbuhan pada persaingan tanaman. Faktor yang menjadi perhatian adalah jumlah pendapatan intensitas cahaya matahari, nutrisi dalam media tanam, dan kerapatan tanman. Respon yang diberikan tiap tanaman juga berbeda, respon tersebut antara lain kualitas pertumbuhan, perbedaan jmlah hasil dan tingkat eksploitasi (Anonim, 2012)




III.             METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum dasar-dasar ekologi acara IV yang berjudul Adaptasi Tanaman pada Faktor Air dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin, 17 Maret 2014. Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, dan oven. Adapun bahan yang digunakan adalah polibag, pupuk kandang, kantong kertas, label dan benih tiga macam tanaman, yaitu kacang tanah (Arachis hypogeae) , kacang tunggak (Vigna ungulculata), dan jagung (Zea mays).
Tahapan cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah, mula-mula disiapkan polibag yang telah berisi tanah kurang lebih sebanyak 3 kg. Bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman dan kotoran lain harus dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Kemudia, dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlukan, selanjutnya ditanam sejumlah biji ke dalam masing –masing polibag sesuai perlakuan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah pertama, monokultur kacang tanah sejumlah 2,4 dan 6  tanaman. Kedua, polikultur kacang tanah – jagung sejumlah (1+1, 2+2, 3+3) tanaman. Ketiga, polikultur kacang tanah – kacang tunggak (1+1, 2+2, 3+3) tanaman. Setelah itu setiap polibag harus diberi label sesuai perlakuan. Pemberian label bertujuan agar tidak tertukar dengan perlakuan lain saat pengamatan. Selanjutnya, dilakukan penyiraman setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari. Kemudian, dilakukan pemanenan. Setelah diamati selanjutnya tanaman dikering anginkan, dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dioven selama dua hari dengan suhu 80o C sampai berat konstan. Pengamatan yang dilakukan setiap hari sampai hari ke 21 meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun setiap dua hari sekali (cm), bobot segar (BS) tanaman kacang tanah pada tiap polibag dan bobot kering (BK) tanaman  kacang tanah pada tiap polibag yang diamati pada akhir pengamatan.




IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tinggi tanaman pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Tinggi Tanaman Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7
Monokultur
Kacang Tanah 2
4,38
7,10
9,11
12,23
14,46
16,91
17,90
Kacang tanah 4
3,75
6,48
8,90
11,94
13,89
17,66
18,89
Kacang tanah 6
3,79
6,48
8,88
11,40
13,36
16,18
17,24
Polikultur
Kacang tanah-kedelai 1+1
3,30
6,08
8,35
10,81
12,13
14,30
17,14
Kacang tanah-kedelai 2+2
3,87
6,34
8,86
11,55
13,58
16,66
17,62
Kacang tanah-kedelai  3+3
3,26
5,75
8,28
10,57
11,63
15,01
15,88
Kacang tanah-jagung 1+1
4,38
667
9,28
11,58
12,99
15,04
17,80
Kacang tanah-jagung 2+2
3,91
7,35
9,53
11,63
14,32
15,73
17,86
Kacang tanah-jagung 3+3
3,77
6,53
8,77
11,63
14,38
15,32
17,91

Tabel 4.2 Jumlah daun tanaman pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Jumlah Daun Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7
Monokultur
Kacang Tanah 2
2,42
4,00
5,08
6,33
7,92
8,90
9,50
Kacang tanah 4
2,33
3,75
4,67
5,58
6,33
6,85
7,60
Kacang tanah 6
2,12
3,68
4,56
5,36
6,08
6,58
7,08
Polikultur
Kacang tanah-kedelai 1+1
2,83
4,17
5,83
7,33
8,33
9,00
10,40
Kacang tanah-kedelai 2+2
2,17
3,75
4,83
5,58
6,50
7,30
7,90
Kacang tanah-kedelai  3+3
1,61
3,33
4,39
4,94
5,67
6,40
7,20
Kacang tanah-jagung 1+1
2,92
4,33
5,08
5,83
7,17
7,90
10,00
Kacang tanah-jagung 2+2
1,83
3,33
4,00
4,75
5,50
6,40
7,20
Kacang tanah-jagung 3+3
1,58
3,25
3,92
4,61
5,31
5,63
6,47

Tabel 4.3 Panjang Akar (PA)
Perlakuan
Panjang Akar (PA)
Monokultur
Kacang tanah 2
20,76
Kacang tanah 4
19,33
Kacang tanah 6
17,40
Polikultur
Kacang tanah-kedelai 1+1
21,48
Kacang tanah-kedelai 2+2
20,33
Kacang tanah-kedelai  3+3
17,54
Kacang tanah-jagung 1+1
18,57
Kacang tanah-jagung 2+2
17,22
Kacang tanah-jagung 3+3
18,90





Tabel 4.4 Bobot Segar dan Bobot Kering
Perlakuan
Bobot Segar (g)
Bobot Kering (g)
Monokultur
Kacang tanah 2
5,80
1,28
Kacang tanah 4
4,41
0,99
Kacang tanah 6
3,56
0,81
Polikultur
Kacang tanah-kedelai 1+1
5,55
1,12
Kacang tanah-kedelai 2+2
4,78
1,07
Kacang tanah-kedelai  3+3
3,89
0,73
Kacang tanah-jagung 1+1
6,34
1,15
Kacang tanah-jagung 2+2
4,51
1,07
Kacang tanah-jagung 3+3
2,81
0,72

B.     Pembahasan
            Pada praktikum Dasar-dasar Ekologi acara II yang berjudul Kmpetisis Inter dan Intraspesifik sebagai pembatas abiotik ini dilakukan pengamatan dengan menggunakan kacang tanah sebagai media yang diamati. kompetisis antar tanaman itu sendiri diartikan sebagai dua individu atau lebih yang memerlukan suatu kebutuhan yang sma, dalam tempat dan waktu yang sama,serta sumber yang sama. Dimana sumber yang dibutuhkan tersebut terbatas, akibatnya terjadilah persaingan atau kompetisis untuk mendapatkan sumber yang terbatas tersebut. Pengamatan ini dilakukan dua perlakuan yaitu perlakuan monokultur kacang tanah dan perlakuan polikultur kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan kedelai, dan kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan jagung. pada pengamatan percobaan ini hal-hal yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan bobot segar serta bobot kering kacang tanah.  Untuk perlakuan monokultur terbagi menjadi tiga perlakuan, dimana penanaman biji tiap polibagnya diberikan perlakuan yang berbeda. Pada polibag yang pertama ditanam dua biji kacang tanah, polibag yang kedua ditanam 4 biji kacang tanah, dan polibag yang ketiga ditanam 6 biji kacang tanah. Kemudian pada perlakuan polikultur  kacang tanah dan kedelai ditanam secara bersamaan dengan ketentuan 1+1, 2+2, 3+3 pada polibag yang berbeda. Begitupun pada perlakuan kacang tanah-jagung dilakukan penanaman yang sama dengan kacang tanah-kedelai.



1.      Tinggi Tanaman

Gambar 4.1.1 grafik tinggi tanaman monokultur kacang tanah
           
            Pada grafik tinggi tanaman monokultur kacang tanah selama tujuh hari di atas dapat diketahui bahwa untuk perlakuan dengan 2 kacang tanah tumbuhnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan 4 dan 6 kacang tanah. Hal tersebut dikarenakan persaingan atau kompetisi antar individu pada 2 kacang tanah lebih sedikit jika dibandingkan dengan persaingan yang terjadi antara 4 kacang tanah dan persaingan antar individu pada 6 kacang tanah. Pada setiap tanaman yang ada di dalam satu polibag membutuhkan sumber kebutuhan hidup yang sama dan dalam waktu yang sama pula. Jika dilihat pada grafik di atas pertumbuhan kacang tanah yang paling pendek terjadi pada 6 kacang tanah. hal tersebut dikarenakan adanya kompetisi yang besar sehingga menyebabkan kebutuhan yang diperlukan pada setiap individu dalam polibag yang sama menjadi berkrang, akibatnya tinggi tanaman menjadi tidak optimal.





Gambar 4.1.2 Grafik Tinggi Tanaman polikultur tanaman kacanh tanah kedelai

              Pada grafik polikultur tanaman kacang tanah dengan kedelai dapat diketahui bahwa tanaman yang paling tinggi terjadi pada tanaman polikultur kacng tanah-kedelai pada perlakuan 2+2.  selanjutnya secara berurutan diikuti oleh tanaman polikultur kacang tanah –kedelai perlakuan 1+1 dan perlakuan 3+3. Hal ini terjadi karena kompetisi yang terjadi antar spesies tidak terlalu besar, sehingga kacang tanah dan kacang kedelai dapat tumbuh dengan normal. Hanya saja pada kacang kedelai memiliki keunggulan morfologi yaitu memiliki tinggi batang yang lebih tinggi dibandingkan kacang tanah, sehingga kacang tanah terhalangi untuk mendapatkan cahaya matahari, akibatnya kacang tanah mengalami penghambatan untuk melakukan fotosintesis dan pertumbuhan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tanaman polikultur kacang tanah-kedelai pada perlakuan 3+3 merupakan yang memiliki tinngi tanaman yang paling pendek. Hal tersebut benar berdasarkan teori, karena menurut teori semakin banyak kompetitor maka kacang tanah akan terhambat pertumbuhan, jumlah daun dan perkembangannya.


Gambar 4.1.3 garik tinggi tanaman polikultur tanaman kacang tanah-jagung

            Pada grafik polikultur tanaman kacang tanah dan kedelai di atas dapat diketahui bahwa perlakuan 2+2 lebih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kacang tanah – jagung 1+1 dan 3+3. Tanaman jagung merupakan tanaman yang aktif mengambil nitrogen di dalam tanah. Selain itu tanaman jagung juga termasuk tanaman yang rakus akan unsur hara. Biasanya di dalam pertanian, untuk membudidayakn tanaman jagung dengan subur biasanya di sekitarnya sering kali dianami palawija yang dapat memproduksi nitrogen lebih banyak, sehingga dapat menyuplai untuk pertumbuhan jagung. Menurut Amin (2006) cit. Zuchri (2007), pertumbutuhan kacang tanah yang ditumpang sarikan dengan tanaman jagung memang akan menurun drastis, karena adanya naungan dari tanaman jagung sehingga jumlah cahaya yang diperoleh untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah berkurang. fotosintesis yang dilakukan oleh kacang tanaha menjadi terganggu dan akhirnya kacang tanah tidak dapat tumbuh dengan baik. Bahkan daunnya pun bis menjadi lebih tipis dari yang biasanya.
            Tanaman kacang yang paling rendah adalah tanaman kacang dengan perlakuan 1+1, hal ini dapat terjadi karena faktor cahaya mata hari, kacang tanah kurang mendapatkan cahaya matahari karena terhalangi oleh tanaman jagung, sehingga kacang tanah tidak dapat tumbuh dan berfotosintesis secara lebih optimal.






2.      jumlah daun

Gambar 4.2.1 grafik jumlah daun monokultur pada tanaman kacang tanah

            Pada grafik jumlah daun tanaman monokultur kacang tanah yang dilkkukan menunjukkan bahwa pada perlakuan kacang tanah 2 lebih banyak jika dibandingkan dengan pelakuan kacang tanah 4, dan perlakuan kacang tanah 4 lebih banyak jika dibandingkan dengan kacang tanah 6. Kompetisi antar spesies akan terjadi jika jarak tanam diantara keduanya terlalu berdekatan, karena pada spesies yang sama pasti akan memebutuhkan kebutuhan yang sama, dalam jumlah yang sama dan dalam saat yang bersamaan pula. perlakuan kacang tanah 2 merupakan perlakuan dengan jumlah daun terbanyak, hal ini sesuai dengan teori yang di atas. Urutan jumlah daun terbanyak beriktnya adalah pada perlakuan 4, dan diikuti oleh perlakuan 6. Pada grafik di atas dapat kita lihat bahwa selisih jumlah daun antara perlakuan kacang tanah 2 dengan kacang tanah 4 dan 6 sangat berbeda jauh. hal itu dikarenakan pada perlakuan kacang tanah 2 kompetisi yang terjadi antara dua tanaman ini tidak terlalu besar, sehingga kacang tanah dapat tumbuh dengan normal tanpa mengalami perebutan sumber makanan yang ada di dalam tanah.


Gambar 4.2.2 grafik jumlah daun polikultur tanaman kacang tanah-kedelai

            Pada grafik di atas dapat kita lihat bahwasannya jumlah daun yang paling tinggi itu dialami oleh tumbuhan polikultur antara kacang tanah-kedelai pada perlakuan 1+1, Selanjutnya diikuti secara berurutan oleh tanaman polikultur kacang tanah-kedelai perlakuan 2+2 dan tanaman polikultur tanaman kacang tanah dengan kedelai pada perlakuan 3+3. Hal ini terjadi karena kompetisi antar kacang tanah dengan kacang kedelai merupakan kompetisi yang terjadi dengan tingkat kebutuhan yang sama, sehingga kedua spesies ini akan saling berebut. Kacang kedelai memiliki keunggulan pada morfologinya, yaitu memiliki tinggi yang lebih dibandingkan dengan kacang tanah, sehingga kacang kedelai menghalangi kacang tanah untuk mendapatkan cahaya matahari, akibatnya kacang tanah tidak bisa mendapatkan cahaya matahi secara optimal dan menghambat fotosintesis pada kacang tanah. Akhirnya, kacang tanah tidak dapat memproduksi daun yang lebih banyak. Semakin kompetitornya banyak, maka kacang tanah akan mengalami penghambatan pertumbuhan yang semakin besar pula. sehingga kacang tanah –kedelai yang memiliki jumlah daun yang paling sedikit terjadi pada perlakuan 3+3.

gambar 4.2.3 grafik jumlah daun pada tanaman polikultur kacang tanah- jagung

              Pada grafik jumlah daun tanamn polikultur tanaman kacang tanah dengan jagung dapat kita lihat bahwa jumlah daun yang terbanyak terjadi pada perlakuan kacang tanah-jagung 1+1, sedangkan pada kacang tanah-jagung 2+2 dan 3+3 memiliki selisih jumlah daun yang sedikit. Jumlah daun terbanyak pada perlakuan 1+1 ini dikarenakan jagung yang menjadi kompetitor kacang tanah hanya ada satu, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada tanaman kacang tanah, dan kacang anah dapat umbuh dengan normal. Jadi jika semakin banyak kompetitor pada suatu tanaman, maka tanaman tersebut akan mengalami penurunan pertumbuhan, jumlah daun, tinggi tanaman, dan tebal atau tipisnya daun. Jadi hal tersebut sesuai dengan teori.











3.      Panjang Akar (PA)


Gambar 4.3.1 Hiatogram panjang akar tanaman monokultur kacang tanah

              Pada histogram panjang akar tanaman monokultur kacaang tanah menunjukan bahwa perlakuan kacang tanah 2 lebih panjang daripada perlakuan 4 dan perlakuan 6. Secara teori hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa faktor. kandungan air dalam tanah merupakan faktor utama mengapa panjang akar tanaman kacang tanah 2 menjadi lebih panjang . Pada daerah yang miskin air, maka akar tanaman yang ada akan terus berusaha mencari air dimana saja sehingga ada kemungkinan bahwa akar akan timbuh semakin panjang untuk masuk ke dalam tanah dengan tujuan mendapatkan air tanah yang ada di dalam tanah. Jika jumlah tanaman yang ada di satu polibag banyak, maka daya serap air oleh tanaman juga semakin besar sehingga tanah akan menjadi semakin kering. Seharusnya akar tanamn lebih panjang pada perlakuan kacang tanah 6, karena jika kompetitor semakin banyak maka aan semakin memperbesar persaingan untuk mendapatkan air, otomatis akar akan memanjang untuk terus mencari air. Namun pada kenyataannya akar tanaman lebih panjang pada perlakuan monokultur 2. Hal tersebut mungkin dikarenakan karena persaingan antar individu pada monokultur 2 lebih besar.



Gambar 4.3.2 Histogram Panjang akar tanaman polikultur kacang tanah-            kedelai

                Pada histogram ini dapat diketahui bahwa panjang akar pada tanaman polikultur kacang tanah-kedelai dialami oleh polikultur 1+1. dan akar yang paling pendek adalah pada perlakuam polikultur 6 jika dibandingkan dengan panjang akar pada polikultur 2 dan polikultur 6. Hal ini dapat terjadi karena kedua jenis kacang-kacangan ini saling mempengaruhi satu sama lain. Kedelai memiliki sumber makanan dan kebutuhan akan nutrisi yang sama dengan kacang tanah sehingga keduanya saling berebut makanan. Seperti yang telah dibahas pada histogram 4.3.1 bahwa secara teori searusnya akar terpanjang adalah pada perlakuan 3+3 karena keadaan yang kering suatu tanaman akan memperpanjang akarnya untuk mencari suplai air. Akan tetapi panjang akar kemungkinan dapat terjadi pada perlakuan 1+1 lebih tinggi seperti yang ada pada histigram. Hal ini dikarenakan pada perlakuan 1+1 kompetisi yang terjadi tidak terlalu besar, sehingga akar lebih leluasa untuk menyebar dalam menyerap air dibandingkan dengan perlakuan 3+3.





Gambar 4.3.3 Histogram panjang akar tanaman polikultur kacang tanah- jagung
              Pada histogram diatas dapat kita lihat bahwa  akar yang terpanjang dialami oleh tanaman polikultur kacang tanah – jagung pada perlakuan polikultur 3+3 jika dibandingkan dengan panjang akar pada perlakuan 1+1 dan 2+2. Panjang akar pada perlakuan 1+1 pun lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan 2+2, ini berarti akar terpanjang pada perlakuan 3+3 dan akar yang terpendek pada perlakuan 2+2. Hal ini sudah sessuai dengan teori bahwasannya semakin banyak kompetitor maka panjang akar pun semakin panjang, karena adanya kompetisi dalam kebutuhan air. Seharusnya urutan akar terpanjang setelah perlakuan 3+3 adalah perlakuan 2+2, namun kenyataanya perlakuan 2+2 merupakan akar yang terpendek. Hal ini mungkin terjadi karena kompetisi yng terjadi pada perlakuan 2+2 tidak terlalu besar dan pemakaian air yang sama banyak antara satu sama lain.











4.      Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman


Gambar 4.4.1 Histogram Bobot Segar Dan Bobot Kering Tanaman            Monokultur Kacang Tanah
                                          
              Histogram di atas menunjukkan bobot segar dan bobot kering tanaman mnonkultur kacang tanah. Bobobt segar kacang tanah pada perlakuan 2 lebih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 4 dan perlakuan 6. Hal ini dikarenakan kompetisi yang terjadi pada tiap-tiap perlakuan berbeda-beda sehingga pada perlakuan 2 hanya terdiri dari dua tanaman kacang tanah dapat memperoleh makanan yang lebih baik daripada perlakuan 4 dan perlakuan 6. Dengan demikian perlakuan 2 akan memiliki bobot segar paling tinggi, sedangakan perlakuan 6 yang memiliki kompetisi besar menyebabkan penyerapan air dan asupan nutrisinya menjadi berkurang jika dibandingkan dengan perlakuan 2. Hal tersebut menyebabkan pada perlakuan 6 bobot segarnya lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 dan 4.
              Begitu pula pada bobot kering tanaman kacang tanah. Tampak pada histogram memiliki pola yang sama dengan bobot segar. Hal ini dikarenakan kacang tanah pada perlakuan 2 dapat menyimpan cadangan makan lebih banyak daripada perlakuan yang lain (karena suplai hara dan air yang di dapat lebih banyak).

Gambar 4.4.2 Histogram Bobot segar dan bobot kering tanaman polikultur          kacang tanah-kedelai

              Histogram di atas menunjukkan bobot segar dan bobot kering tanaman polikultur kacang tanah-kedelai. Bobot segar kacang tanah - kedelai pada perlakuan 1+1 lebih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2+2 dan perlakuan 3+3. Hal ini dikarenakan kompetisi yang terjadi pada tiap-tiap perlakuan berbeda-beda sehingga pada perlakuan 1+1 hanya terdiri dari dua tanaman kacang tanah dapat memperoleh makanan yang lebih baik daripada perlakuan 4 dan perlakuan 3+3. Dengan demikian perlakuan 1+1 akan memiliki bobot segar paling tinggi, sedangakan perlakuan 3+3 yang memiliki kompetisi besar menyebabkan penyerapan air dan asupan nutrisinya menjadi berkurang jika dibandingkan dengan perlakuan 1+1. Hal tersebut menyebabkan pada perlakuan 3+3 bobot segarnya lebih rendah dibandingkan perlakuan 1+1 dan 2+2.
              Begitu pula pada bobot kering tanaman kacang tanah-kedelai. Tampak pada histogram memiliki pola yang sama dengan bobot segar. Hal ini dikarenakan kacang tanah-kedelai pada perlakuan 1+1 dapat menyimpan cadangan makan lebih banyak daripada perlakuan yang lain (karena suplai hara dan air yang di dapat lebih banyak).

             


Gambar 4.4.3 Histogram bobot segar dan bobot kering tanaman polikultur           kacang tanah-jagung
             

              Pada histogram ini menunjukkan bahwa bobot segar untuk polikultur kacang tanah-jagung pada perlakuan 1+1 merupakan bobot segar tertinggi. bobot segar perlakuan 1+1 memiliki selisish yang cukup tinggi dibandingkan dengan bobot segar pada perlakuan 2+2 dan 3+3. Hal ini dapat dikarenakan jagung yang berkompetisi dengan kacang tanah dalam menyerap unsur hara dan air menyebabkan kacang tanah tidak dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik, sehingga pertumbuhannya terhamabat. Oleh sebab itu bobot segar yang didapatkan oleh kacang tanah pada perlakuan 3+3 merupakan bobt segar terendah dibandingkan yang lainnya.
              Disisi lain, yaitu pada bobot kering kacang tanah – jagung pada perlakuan 1+1 menjadi bobot kering yang tertinggi dan perlakuan 3+3 menjadi bobot kering yang terendah. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kacang tanah pada perlakuan 3+3 tidak dapat tumbuh dengan baik dan tidak memiliki cadangan makanan serta kandungan air yang dimilikinya rendah.


V.         KESIMPILAN

1.      Kompetisi merupakan faktor pembatas abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ada dua macam kompetisi, yaitu kompetisi interspesifik (Kompetisi antara dua individu atau lebih yang berbeda spesies) dan intraspesifik (Kompetisi antar dua individu atau lebih yang sama spesies)
2.      Penanaman monokultur kacang tanah merupakan kompetisi intraspesifik yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan jauh lebih buruk dibandingkan dengan kompetisi interspesifik.
3.      Penanaman polikultur tanaman kacang tanah-jagung merupakan salah stu bentuk kompetisi interspesifik dimana di dalam trjalin suatu simbiosis. Tanaman jagung diuntungkan dengan adanya kacang tanah yang dapat menyuplai nitrogen sebagai sumber asupan nutrisi bagi jagung. Akan tetapi, kacang tanah mengalami kerugian karena unsur hara yang lain yang diserapnya juga harus dibagi dengan jagung.
4.      Penanaman polikultur kacang tanah-kedelai merupakan bentuk kompetisi intraspesifik, karena kacang tanag dan kedelai asih termasuk ke dalam jenis kacang-kacangan sehingga terjadi persaingan dalam perebutan makanan yang sama dalam waktu yang sama pula.
5.      Dari tumpangsari yang paling sesuai dengan menghasilkan produk yang baik yaitu pada tumpang sari polikultur kacang tanah-jagung karena kacang tanah menambahkan nutrisi untuk jagung sehingga dapat tumbuh lebih maksimal.



DAFTAR PUSTAKA
Chambell and R. Mitchel. 1987. Biology 5th Ed. Addison Wesley Longman, Inc ; USA.

Djuffi.2006. Penentuan pola distribusi, asosiasi dan interaksi apesies tumbuhan khususnya            padang rumput di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal of Biological    Divercity 3:181.

 Elfidasari, D. 2007 Jenis-jenis intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul pada saat        mencari makan di sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten. Jurnal         Biodiversitas 8:266-29.

Odum, P.E. 1983. Basic Ecology. Saunders Collage Publishing, United States of America.

Pranasari, R.A. , Nurhidayati, T dan Durwani, K.L. 2012. Persaingan tanaman jagung (Zea           mays) dan rumput teki (Cyperus rorundus) pada pengaruh tekanan garam (NaCl).        Jurnal Sains dan Seni ITS 1:235

Weafer, T.E and Frederic, E.Clements.1938. Plant Ecology. 2th Edition MC.Grow –hill Book       Company, New York.

Zuchri, A. 2007. Optimalisas hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari   melalui pengaturan baris tanam dan pemrosesan daun jagung. Embryo 4:156-163.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar