LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
EKOLOGI
ACARA
II
KOMPETISI
INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR
PEMBATAS
BIOTIK
Disusun
oleh:
Nama : Suci Febryani
NIM : 13/346040/PN/13140
Golongan/kelompok : A1/1
Asisten : Ahmad Khoirudin Asrifi
M.R Ali
Fikri
Seilana
Kusumawati
LABORATORIUM
EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA
II
KOMPETISI
INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
I.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengaruh faktor biotik
terhadap pertumbuhan tanaman
2.
Mengetahui tanggapan tanaman terhadap
tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Interaksi
adalah hubungan antara makluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan
kompetisi merupakan interaksi antara dua atau banyak individu, kompetisi antar
individu itu terjadi karena adanya sumber kebutuhan zat – zat yang diperlukan
oleh tanaman tersebut terbatas atau sempit, kualitas sumber yang tersedia pada
suatu tempattersebut tidak ssuai dengn sumber kebutuhan yang diperlukan oleh
tanaman tersebut (Elfidasari, 2007).
Terjadinya
kompetisi antara suatu organisme dengan organisme lainnya itu dapat terjadi
karena adanya persaingan dalam mendapatkan sinar matahari, unsur hara, air,
udara, dan dalam mendapatkan ruang untuk tumbuh dan berkembng, sehingga untuk
mendapatkan semua kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman itu harus ada
persiangan antara satu sama lain dalam suatu tempat tumbuh yang sama. Karena
adanya persaingan antara suatu individu atau lebih dalam kompetisi, ada dua
kemungkinan hasil yang bisa terjadi, yaitu pesaing yang lemah dalam ompetisi
tersebut akan punah, atau salah satu spesies yang hidup bersamaan dengan
spesies lain akan mampu mempertahankan hidupnya dengan mendapatkan suplai
sumber hara dan sumber kebutuhan lain yang sedikit (Cambell and Mitchell,
1987). Jadi, jika pospulasi dalam suatu tempat meningkat dan semua organisme membutuhkan
kebutuhan yang sama terhadap suatu sumber yang terbatas, akibatnya organisme
atau spesies yang kalah dalam kompetisi akan mati, sehingga angka kematian akan
meningkat dan angka kelahiran menurun. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan
populasi akan menjadi menurun.
Menurut
Mei (2009), kompetisi itu dapat dibedakan menjadi kompetisi interspesifik,
intraspesifik dan intraplan.kompetisi intraspesifik itu merupakan persaingan
antar organisme yang sama dalam lahan dan waktu yang sma. Kompetisi interspesifik
adalah setiap kompetisi – kompetisi yang mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bagi tumbuhan lainnya, kompetisi akan
membawa akan membawa ke pemisahan ekologi dari suatu jenis yang serupa atau
spesies yang berhubungan erat, atau yang disebut dengan asas larangan
kompetisi. Secara serempak kompetisi mengasilkan banyak seleksi adaptasi yang
meningkatkan kehidupan bersama dari
suatu organisme yang beranekaragam yang berbeda di suatu wilayah tertentu
(Odum, 1983).
Kompetisi
interplan merupakan persaingan antara organ vegetatif atau organ generatif
dalam tubuh suatu tanaman. Akibatnya adalah perbedaan tinggi batang, perbedaan
jumlah daun, dan diameter lateral akar. Dengan demikian juga akan berpengaruh
terhadap pembentukan karakter maupun dalam kemampuan untuk memproduksi buah,
tidak seperti tanaman yang berbeda spesies, tanaman spesies yang sama memiliki
kebutuhan yang sama antara satu dengan yang lain (Weafer and Frederic, 1983).
Setiap
spesies tumbuhan memerlukan lingkungan yang sesuai untuk hidup sehingga
persyaratan untuk hidup setiap spesies berbeda-beda, Dimana mereka hanya
menempati bagian yang cocok bagi kehidupannya. Komponen suatu komonitas
ditentukan oleh komponen komponen tumbuhan yang mencapai klimaks dan mampu hidup
dalam lingkungan tersebut. Sehingga pada suatu komonitas, pengendali kehadiran
spesies dapat berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dapat juga sifat
fisik habitat. Tetapi tidak batas yang jelas diantara keduanya, sebab di antara
keduanya dapat saling mempengaruhi (Djuffi, 2006). Sebagaimana contohnya dalam
kompetisi antar tanaman dan gulma atau sebaiknya dapat dilihat dengan
menggunakan model replacemen series (percobaan subsitusi) telah digunakan
secara luas untuk menilai gangguan, differensiasi niche, pemanfaatan sumber
daya dan produktifitas dalam kultur campuran spesies sederhana. Perlakuan dari
replacement series menekankan pada total kepadatan (densitas) spesies. Kelompok
spesies yang berbeda ditumbuhkan dalam satu kultur campuran dengan variasi
jumlah individu dari masing-masing spesies dengan total kepadatan tanaman atau
jumlah tanaman setiap pot sama pada kultur cmpuran. Hasil pengamatan pada
setiap spesies dari diagram replacement (subsitusi) cendrung berkaitan dengan
banyaknya tingkat gangguan intraspesifik dan interspesifik (Pranasari et al., 2012)
Untuk
mengatasi adanya kompetisi pada antar spesies maka bisa digunakan sistem
tumpang sari atau mengatur jarak tanaman antar tanaman. Dengan metode ini akan
menghasilkan produksi total tanaman lebih tinggi dan mampu memelihara kesuburan
tanah daripada pola monokultur. Pola penanaman tumpang sari ini akan lebih
efisien dalam menyerapan air, menyerap zat-zat unsur hara, dan mendapatkan
cahaya dari sinar matahari (Elfidasari, 2007).
Pada
penerapan pola tanam menggunakan sistem tumpang sari ini akan sangat merugikan
jika ada salah satu jenis tanaman mengeluarkan zat beracun untuk jenis yang
lain (aleopati) atau menjadi inang bagi hama penyakit jenis yang lain. Untuk
menghindari dampak negatif dari aleopati tersebut, maka diperlukan ketelitian
dan pemilihan yang sangat cermat dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan
ditanaman dalam satu lahan dengan menggunakan sistem tumpang sari. Dengan
adanya respon tanaman terhadap faktor pembatas pertumbuhan pada persaingan
tanaman. Faktor yang menjadi perhatian adalah jumlah pendapatan intensitas
cahaya matahari, nutrisi dalam media tanam, dan kerapatan tanman. Respon yang
diberikan tiap tanaman juga berbeda, respon tersebut antara lain kualitas
pertumbuhan, perbedaan jmlah hasil dan tingkat eksploitasi (Anonim, 2012)
III.
METODE
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum
dasar-dasar ekologi acara IV yang berjudul Adaptasi Tanaman pada Faktor Air
dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin, 17 Maret 2014.
Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik,
penggaris, peralatan tanam, dan oven. Adapun bahan yang digunakan adalah
polibag, pupuk kandang, kantong kertas, label dan benih tiga macam tanaman,
yaitu kacang tanah (Arachis hypogeae)
, kacang tunggak (Vigna ungulculata),
dan jagung (Zea mays).
Tahapan
cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah, mula-mula disiapkan polibag
yang telah berisi tanah kurang lebih sebanyak 3 kg. Bila ada kerikil, sisa-sisa
akar tanaman dan kotoran lain harus dibersihkan agar tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Kemudia, dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang
akan diperlukan, selanjutnya ditanam sejumlah biji ke dalam masing –masing
polibag sesuai perlakuan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah pertama,
monokultur kacang tanah sejumlah 2,4 dan 6
tanaman. Kedua, polikultur kacang tanah – jagung sejumlah (1+1, 2+2,
3+3) tanaman. Ketiga, polikultur kacang tanah – kacang tunggak (1+1, 2+2, 3+3)
tanaman. Setelah itu setiap polibag harus diberi label sesuai perlakuan.
Pemberian label bertujuan agar tidak tertukar dengan perlakuan lain saat
pengamatan. Selanjutnya, dilakukan penyiraman setiap hari sampai tanaman
berumur 21 hari. Kemudian, dilakukan pemanenan. Setelah diamati selanjutnya
tanaman dikering anginkan, dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dioven selama
dua hari dengan suhu 80o C sampai berat konstan. Pengamatan yang
dilakukan setiap hari sampai hari ke 21 meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun
setiap dua hari sekali (cm), bobot segar (BS) tanaman kacang tanah pada tiap
polibag dan bobot kering (BK) tanaman kacang tanah pada tiap polibag yang diamati
pada akhir pengamatan.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel
4.1 Tinggi tanaman pada berbagai perlakuan
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman
Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
Monokultur
|
Kacang Tanah 2
|
4,38
|
7,10
|
9,11
|
12,23
|
14,46
|
16,91
|
17,90
|
Kacang tanah 4
|
3,75
|
6,48
|
8,90
|
11,94
|
13,89
|
17,66
|
18,89
|
|
Kacang tanah 6
|
3,79
|
6,48
|
8,88
|
11,40
|
13,36
|
16,18
|
17,24
|
|
Polikultur
|
Kacang tanah-kedelai 1+1
|
3,30
|
6,08
|
8,35
|
10,81
|
12,13
|
14,30
|
17,14
|
Kacang tanah-kedelai 2+2
|
3,87
|
6,34
|
8,86
|
11,55
|
13,58
|
16,66
|
17,62
|
|
Kacang tanah-kedelai 3+3
|
3,26
|
5,75
|
8,28
|
10,57
|
11,63
|
15,01
|
15,88
|
|
Kacang tanah-jagung 1+1
|
4,38
|
667
|
9,28
|
11,58
|
12,99
|
15,04
|
17,80
|
|
Kacang tanah-jagung 2+2
|
3,91
|
7,35
|
9,53
|
11,63
|
14,32
|
15,73
|
17,86
|
|
Kacang tanah-jagung 3+3
|
3,77
|
6,53
|
8,77
|
11,63
|
14,38
|
15,32
|
17,91
|
Tabel
4.2 Jumlah daun tanaman pada berbagai perlakuan
Perlakuan
|
Jumlah Daun
Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
Monokultur
|
Kacang Tanah 2
|
2,42
|
4,00
|
5,08
|
6,33
|
7,92
|
8,90
|
9,50
|
Kacang tanah 4
|
2,33
|
3,75
|
4,67
|
5,58
|
6,33
|
6,85
|
7,60
|
|
Kacang tanah 6
|
2,12
|
3,68
|
4,56
|
5,36
|
6,08
|
6,58
|
7,08
|
|
Polikultur
|
Kacang tanah-kedelai 1+1
|
2,83
|
4,17
|
5,83
|
7,33
|
8,33
|
9,00
|
10,40
|
Kacang tanah-kedelai 2+2
|
2,17
|
3,75
|
4,83
|
5,58
|
6,50
|
7,30
|
7,90
|
|
Kacang tanah-kedelai 3+3
|
1,61
|
3,33
|
4,39
|
4,94
|
5,67
|
6,40
|
7,20
|
|
Kacang tanah-jagung 1+1
|
2,92
|
4,33
|
5,08
|
5,83
|
7,17
|
7,90
|
10,00
|
|
Kacang tanah-jagung 2+2
|
1,83
|
3,33
|
4,00
|
4,75
|
5,50
|
6,40
|
7,20
|
|
Kacang tanah-jagung 3+3
|
1,58
|
3,25
|
3,92
|
4,61
|
5,31
|
5,63
|
6,47
|
Tabel
4.3 Panjang Akar (PA)
Perlakuan
|
Panjang Akar (PA)
|
|
Monokultur
|
Kacang tanah 2
|
20,76
|
Kacang tanah 4
|
19,33
|
|
Kacang tanah 6
|
17,40
|
|
Polikultur
|
Kacang tanah-kedelai 1+1
|
21,48
|
Kacang tanah-kedelai 2+2
|
20,33
|
|
Kacang tanah-kedelai 3+3
|
17,54
|
|
Kacang tanah-jagung 1+1
|
18,57
|
|
Kacang tanah-jagung 2+2
|
17,22
|
|
Kacang tanah-jagung 3+3
|
18,90
|
Tabel
4.4 Bobot Segar dan Bobot Kering
Perlakuan
|
Bobot Segar (g)
|
Bobot Kering (g)
|
|
Monokultur
|
Kacang tanah 2
|
5,80
|
1,28
|
Kacang tanah 4
|
4,41
|
0,99
|
|
Kacang tanah 6
|
3,56
|
0,81
|
|
Polikultur
|
Kacang tanah-kedelai 1+1
|
5,55
|
1,12
|
Kacang tanah-kedelai 2+2
|
4,78
|
1,07
|
|
Kacang tanah-kedelai 3+3
|
3,89
|
0,73
|
|
Kacang tanah-jagung 1+1
|
6,34
|
1,15
|
|
Kacang tanah-jagung 2+2
|
4,51
|
1,07
|
|
Kacang tanah-jagung 3+3
|
2,81
|
0,72
|
B.
Pembahasan
Pada
praktikum Dasar-dasar Ekologi acara II yang berjudul Kmpetisis Inter dan
Intraspesifik sebagai pembatas abiotik ini dilakukan pengamatan dengan
menggunakan kacang tanah sebagai media yang diamati. kompetisis antar tanaman
itu sendiri diartikan sebagai dua individu atau lebih yang memerlukan suatu
kebutuhan yang sma, dalam tempat dan waktu yang sama,serta sumber yang sama.
Dimana sumber yang dibutuhkan tersebut terbatas, akibatnya terjadilah
persaingan atau kompetisis untuk mendapatkan sumber yang terbatas tersebut. Pengamatan
ini dilakukan dua perlakuan yaitu perlakuan monokultur kacang tanah dan
perlakuan polikultur kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan kedelai, dan
kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan jagung. pada pengamatan percobaan
ini hal-hal yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan
bobot segar serta bobot kering kacang tanah.
Untuk perlakuan monokultur terbagi menjadi tiga perlakuan, dimana
penanaman biji tiap polibagnya diberikan perlakuan yang berbeda. Pada polibag
yang pertama ditanam dua biji kacang tanah, polibag yang kedua ditanam 4 biji
kacang tanah, dan polibag yang ketiga ditanam 6 biji kacang tanah. Kemudian
pada perlakuan polikultur kacang tanah
dan kedelai ditanam secara bersamaan dengan ketentuan 1+1, 2+2, 3+3 pada
polibag yang berbeda. Begitupun pada perlakuan kacang tanah-jagung dilakukan
penanaman yang sama dengan kacang tanah-kedelai.
1.
Tinggi
Tanaman
Gambar
4.1.1 grafik tinggi tanaman monokultur kacang tanah
Pada grafik
tinggi tanaman monokultur kacang tanah selama tujuh hari di atas dapat
diketahui bahwa untuk perlakuan dengan 2 kacang tanah tumbuhnya lebih tinggi
jika dibandingkan dengan 4 dan 6 kacang tanah. Hal tersebut dikarenakan
persaingan atau kompetisi antar individu pada 2 kacang tanah lebih sedikit jika
dibandingkan dengan persaingan yang terjadi antara 4 kacang tanah dan
persaingan antar individu pada 6 kacang tanah. Pada setiap tanaman yang ada di
dalam satu polibag membutuhkan sumber kebutuhan hidup yang sama dan dalam waktu
yang sama pula. Jika dilihat pada grafik di atas pertumbuhan kacang tanah yang
paling pendek terjadi pada 6 kacang tanah. hal tersebut dikarenakan adanya
kompetisi yang besar sehingga menyebabkan kebutuhan yang diperlukan pada setiap
individu dalam polibag yang sama menjadi berkrang, akibatnya tinggi tanaman
menjadi tidak optimal.
Gambar
4.1.2 Grafik Tinggi Tanaman polikultur tanaman kacanh tanah kedelai
Pada
grafik polikultur tanaman kacang tanah dengan kedelai dapat diketahui bahwa
tanaman yang paling tinggi terjadi pada tanaman polikultur kacng tanah-kedelai
pada perlakuan 2+2. selanjutnya secara
berurutan diikuti oleh tanaman polikultur kacang tanah –kedelai perlakuan 1+1
dan perlakuan 3+3. Hal ini terjadi karena kompetisi yang terjadi antar spesies
tidak terlalu besar, sehingga kacang tanah dan kacang kedelai dapat tumbuh
dengan normal. Hanya saja pada kacang kedelai memiliki keunggulan morfologi
yaitu memiliki tinggi batang yang lebih tinggi dibandingkan kacang tanah,
sehingga kacang tanah terhalangi untuk mendapatkan cahaya matahari, akibatnya
kacang tanah mengalami penghambatan untuk melakukan fotosintesis dan
pertumbuhan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tanaman polikultur kacang
tanah-kedelai pada perlakuan 3+3 merupakan yang memiliki tinngi tanaman yang
paling pendek. Hal tersebut benar berdasarkan teori, karena menurut teori
semakin banyak kompetitor maka kacang tanah akan terhambat pertumbuhan, jumlah
daun dan perkembangannya.
Gambar
4.1.3 garik tinggi tanaman polikultur tanaman kacang tanah-jagung
Pada grafik
polikultur tanaman kacang tanah dan kedelai di atas dapat diketahui bahwa
perlakuan 2+2 lebih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kacang tanah
– jagung 1+1 dan 3+3. Tanaman jagung merupakan tanaman yang aktif mengambil
nitrogen di dalam tanah. Selain itu tanaman jagung juga termasuk tanaman yang
rakus akan unsur hara. Biasanya di dalam pertanian, untuk membudidayakn tanaman
jagung dengan subur biasanya di sekitarnya sering kali dianami palawija yang
dapat memproduksi nitrogen lebih banyak, sehingga dapat menyuplai untuk
pertumbuhan jagung. Menurut Amin (2006) cit.
Zuchri (2007), pertumbutuhan kacang tanah yang ditumpang sarikan dengan tanaman
jagung memang akan menurun drastis, karena adanya naungan dari tanaman jagung
sehingga jumlah cahaya yang diperoleh untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah
berkurang. fotosintesis yang dilakukan oleh kacang tanaha menjadi terganggu dan
akhirnya kacang tanah tidak dapat tumbuh dengan baik. Bahkan daunnya pun bis
menjadi lebih tipis dari yang biasanya.
Tanaman
kacang yang paling rendah adalah tanaman kacang dengan perlakuan 1+1, hal ini
dapat terjadi karena faktor cahaya mata hari, kacang tanah kurang mendapatkan
cahaya matahari karena terhalangi oleh tanaman jagung, sehingga kacang tanah
tidak dapat tumbuh dan berfotosintesis secara lebih optimal.
2.
jumlah
daun
Gambar 4.2.1 grafik
jumlah daun monokultur pada tanaman kacang tanah
Pada grafik
jumlah daun tanaman monokultur kacang tanah yang dilkkukan menunjukkan bahwa
pada perlakuan kacang tanah 2 lebih banyak jika dibandingkan dengan pelakuan
kacang tanah 4, dan perlakuan kacang tanah 4 lebih banyak jika dibandingkan
dengan kacang tanah 6. Kompetisi antar spesies akan terjadi jika jarak tanam
diantara keduanya terlalu berdekatan, karena pada spesies yang sama pasti akan
memebutuhkan kebutuhan yang sama, dalam jumlah yang sama dan dalam saat yang
bersamaan pula. perlakuan kacang tanah 2 merupakan perlakuan dengan jumlah daun
terbanyak, hal ini sesuai dengan teori yang di atas. Urutan jumlah daun
terbanyak beriktnya adalah pada perlakuan 4, dan diikuti oleh perlakuan 6. Pada
grafik di atas dapat kita lihat bahwa selisih jumlah daun antara perlakuan
kacang tanah 2 dengan kacang tanah 4 dan 6 sangat berbeda jauh. hal itu
dikarenakan pada perlakuan kacang tanah 2 kompetisi yang terjadi antara dua
tanaman ini tidak terlalu besar, sehingga kacang tanah dapat tumbuh dengan
normal tanpa mengalami perebutan sumber makanan yang ada di dalam tanah.
Gambar 4.2.2 grafik
jumlah daun polikultur tanaman kacang tanah-kedelai
Pada grafik di
atas dapat kita lihat bahwasannya jumlah daun yang paling tinggi itu dialami
oleh tumbuhan polikultur antara kacang tanah-kedelai pada perlakuan 1+1,
Selanjutnya diikuti secara berurutan oleh tanaman polikultur kacang
tanah-kedelai perlakuan 2+2 dan tanaman polikultur tanaman kacang tanah dengan
kedelai pada perlakuan 3+3. Hal ini terjadi karena kompetisi antar kacang tanah
dengan kacang kedelai merupakan kompetisi yang terjadi dengan tingkat kebutuhan
yang sama, sehingga kedua spesies ini akan saling berebut. Kacang kedelai
memiliki keunggulan pada morfologinya, yaitu memiliki tinggi yang lebih
dibandingkan dengan kacang tanah, sehingga kacang kedelai menghalangi kacang
tanah untuk mendapatkan cahaya matahari, akibatnya kacang tanah tidak bisa
mendapatkan cahaya matahi secara optimal dan menghambat fotosintesis pada
kacang tanah. Akhirnya, kacang tanah tidak dapat memproduksi daun yang lebih
banyak. Semakin kompetitornya banyak, maka kacang tanah akan mengalami
penghambatan pertumbuhan yang semakin besar pula. sehingga kacang tanah
–kedelai yang memiliki jumlah daun yang paling sedikit terjadi pada perlakuan
3+3.
gambar
4.2.3 grafik jumlah daun pada tanaman polikultur kacang tanah- jagung
Pada
grafik jumlah daun tanamn polikultur tanaman kacang tanah dengan jagung dapat
kita lihat bahwa jumlah daun yang terbanyak terjadi pada perlakuan kacang
tanah-jagung 1+1, sedangkan pada kacang tanah-jagung 2+2 dan 3+3 memiliki
selisih jumlah daun yang sedikit. Jumlah daun terbanyak pada perlakuan 1+1 ini
dikarenakan jagung yang menjadi kompetitor kacang tanah hanya ada satu,
sehingga tidak terlalu berpengaruh pada tanaman kacang tanah, dan kacang anah
dapat umbuh dengan normal. Jadi jika semakin banyak kompetitor pada suatu
tanaman, maka tanaman tersebut akan mengalami penurunan pertumbuhan, jumlah
daun, tinggi tanaman, dan tebal atau tipisnya daun. Jadi hal tersebut sesuai
dengan teori.
3.
Panjang
Akar (PA)
Gambar
4.3.1 Hiatogram panjang akar tanaman monokultur kacang tanah
Pada
histogram panjang akar tanaman monokultur kacaang tanah menunjukan bahwa
perlakuan kacang tanah 2 lebih panjang daripada perlakuan 4 dan perlakuan 6.
Secara teori hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa faktor.
kandungan air dalam tanah merupakan faktor utama mengapa panjang akar tanaman
kacang tanah 2 menjadi lebih panjang . Pada daerah yang miskin air, maka akar
tanaman yang ada akan terus berusaha mencari air dimana saja sehingga ada
kemungkinan bahwa akar akan timbuh semakin panjang untuk masuk ke dalam tanah
dengan tujuan mendapatkan air tanah yang ada di dalam tanah. Jika jumlah
tanaman yang ada di satu polibag banyak, maka daya serap air oleh tanaman juga
semakin besar sehingga tanah akan menjadi semakin kering. Seharusnya akar
tanamn lebih panjang pada perlakuan kacang tanah 6, karena jika kompetitor
semakin banyak maka aan semakin memperbesar persaingan untuk mendapatkan air,
otomatis akar akan memanjang untuk terus mencari air. Namun pada kenyataannya
akar tanaman lebih panjang pada perlakuan monokultur 2. Hal tersebut mungkin
dikarenakan karena persaingan antar individu pada monokultur 2 lebih besar.
Gambar
4.3.2 Histogram Panjang akar tanaman polikultur kacang tanah- kedelai
Pada histogram ini dapat diketahui bahwa
panjang akar pada tanaman polikultur kacang tanah-kedelai dialami oleh
polikultur 1+1. dan akar yang paling pendek adalah pada perlakuam polikultur 6
jika dibandingkan dengan panjang akar pada polikultur 2 dan polikultur 6. Hal
ini dapat terjadi karena kedua jenis kacang-kacangan ini saling mempengaruhi
satu sama lain. Kedelai memiliki sumber makanan dan kebutuhan akan nutrisi yang
sama dengan kacang tanah sehingga keduanya saling berebut makanan. Seperti yang
telah dibahas pada histogram 4.3.1 bahwa secara teori searusnya akar terpanjang
adalah pada perlakuan 3+3 karena keadaan yang kering suatu tanaman akan
memperpanjang akarnya untuk mencari suplai air. Akan tetapi panjang akar
kemungkinan dapat terjadi pada perlakuan 1+1 lebih tinggi seperti yang ada pada
histigram. Hal ini dikarenakan pada perlakuan 1+1 kompetisi yang terjadi tidak
terlalu besar, sehingga akar lebih leluasa untuk menyebar dalam menyerap air
dibandingkan dengan perlakuan 3+3.
Gambar
4.3.3 Histogram panjang akar tanaman polikultur kacang tanah- jagung
Pada
histogram diatas dapat kita lihat bahwa
akar yang terpanjang dialami oleh tanaman polikultur kacang tanah –
jagung pada perlakuan polikultur 3+3 jika dibandingkan dengan panjang akar pada
perlakuan 1+1 dan 2+2. Panjang akar pada perlakuan 1+1 pun lebih panjang
dibandingkan dengan perlakuan 2+2, ini berarti akar terpanjang pada perlakuan
3+3 dan akar yang terpendek pada perlakuan 2+2. Hal ini sudah sessuai dengan
teori bahwasannya semakin banyak kompetitor maka panjang akar pun semakin
panjang, karena adanya kompetisi dalam kebutuhan air. Seharusnya urutan akar
terpanjang setelah perlakuan 3+3 adalah perlakuan 2+2, namun kenyataanya
perlakuan 2+2 merupakan akar yang terpendek. Hal ini mungkin terjadi karena
kompetisi yng terjadi pada perlakuan 2+2 tidak terlalu besar dan pemakaian air
yang sama banyak antara satu sama lain.
4.
Bobot
Segar dan Bobot Kering Tanaman
Gambar
4.4.1 Histogram Bobot Segar Dan Bobot Kering Tanaman Monokultur Kacang Tanah
Histogram
di atas menunjukkan bobot segar dan bobot kering tanaman mnonkultur kacang
tanah. Bobobt segar kacang tanah pada perlakuan 2 lebih lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan 4 dan perlakuan 6. Hal ini dikarenakan kompetisi
yang terjadi pada tiap-tiap perlakuan berbeda-beda sehingga pada perlakuan 2
hanya terdiri dari dua tanaman kacang tanah dapat memperoleh makanan yang lebih
baik daripada perlakuan 4 dan perlakuan 6. Dengan demikian perlakuan 2 akan
memiliki bobot segar paling tinggi, sedangakan perlakuan 6 yang memiliki
kompetisi besar menyebabkan penyerapan air dan asupan nutrisinya menjadi
berkurang jika dibandingkan dengan perlakuan 2. Hal tersebut menyebabkan pada
perlakuan 6 bobot segarnya lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 dan 4.
Begitu pula pada bobot kering
tanaman kacang tanah. Tampak pada histogram memiliki pola yang sama dengan
bobot segar. Hal ini dikarenakan kacang tanah pada perlakuan 2 dapat menyimpan
cadangan makan lebih banyak daripada perlakuan yang lain (karena suplai hara
dan air yang di dapat lebih banyak).
Gambar
4.4.2 Histogram Bobot segar dan bobot kering tanaman polikultur kacang tanah-kedelai
Histogram
di atas menunjukkan bobot segar dan bobot kering tanaman polikultur kacang
tanah-kedelai. Bobot segar kacang tanah - kedelai pada perlakuan 1+1 lebih
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2+2 dan perlakuan 3+3. Hal ini
dikarenakan kompetisi yang terjadi pada tiap-tiap perlakuan berbeda-beda
sehingga pada perlakuan 1+1 hanya terdiri dari dua tanaman kacang tanah dapat
memperoleh makanan yang lebih baik daripada perlakuan 4 dan perlakuan 3+3.
Dengan demikian perlakuan 1+1 akan memiliki bobot segar paling tinggi,
sedangakan perlakuan 3+3 yang memiliki kompetisi besar menyebabkan penyerapan air
dan asupan nutrisinya menjadi berkurang jika dibandingkan dengan perlakuan 1+1.
Hal tersebut menyebabkan pada perlakuan 3+3 bobot segarnya lebih rendah
dibandingkan perlakuan 1+1 dan 2+2.
Begitu pula pada bobot kering
tanaman kacang tanah-kedelai. Tampak pada histogram memiliki pola yang sama
dengan bobot segar. Hal ini dikarenakan kacang tanah-kedelai pada perlakuan 1+1
dapat menyimpan cadangan makan lebih banyak daripada perlakuan yang lain
(karena suplai hara dan air yang di dapat lebih banyak).
Gambar
4.4.3 Histogram bobot segar dan bobot kering tanaman polikultur kacang tanah-jagung
Pada
histogram ini menunjukkan bahwa bobot segar untuk polikultur kacang
tanah-jagung pada perlakuan 1+1 merupakan bobot segar tertinggi. bobot segar
perlakuan 1+1 memiliki selisish yang cukup tinggi dibandingkan dengan bobot
segar pada perlakuan 2+2 dan 3+3. Hal ini dapat dikarenakan jagung yang
berkompetisi dengan kacang tanah dalam menyerap unsur hara dan air menyebabkan
kacang tanah tidak dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik, sehingga
pertumbuhannya terhamabat. Oleh sebab itu bobot segar yang didapatkan oleh
kacang tanah pada perlakuan 3+3 merupakan bobt segar terendah dibandingkan yang
lainnya.
Disisi lain, yaitu pada bobot
kering kacang tanah – jagung pada perlakuan 1+1 menjadi bobot kering yang
tertinggi dan perlakuan 3+3 menjadi bobot kering yang terendah. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa kacang tanah pada perlakuan 3+3 tidak dapat
tumbuh dengan baik dan tidak memiliki cadangan makanan serta kandungan air yang
dimilikinya rendah.
V.
KESIMPILAN
1.
Kompetisi merupakan faktor pembatas
abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ada dua macam kompetisi,
yaitu kompetisi interspesifik (Kompetisi antara dua individu atau lebih yang berbeda
spesies) dan intraspesifik (Kompetisi antar dua individu atau lebih yang sama
spesies)
2.
Penanaman monokultur kacang tanah
merupakan kompetisi intraspesifik yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
jauh lebih buruk dibandingkan dengan kompetisi interspesifik.
3.
Penanaman polikultur tanaman kacang
tanah-jagung merupakan salah stu bentuk kompetisi interspesifik dimana di dalam
trjalin suatu simbiosis. Tanaman jagung diuntungkan dengan adanya kacang tanah
yang dapat menyuplai nitrogen sebagai sumber asupan nutrisi bagi jagung. Akan
tetapi, kacang tanah mengalami kerugian karena unsur hara yang lain yang
diserapnya juga harus dibagi dengan jagung.
4.
Penanaman polikultur kacang
tanah-kedelai merupakan bentuk kompetisi intraspesifik, karena kacang tanag dan
kedelai asih termasuk ke dalam jenis kacang-kacangan sehingga terjadi
persaingan dalam perebutan makanan yang sama dalam waktu yang sama pula.
5.
Dari tumpangsari yang paling sesuai
dengan menghasilkan produk yang baik yaitu pada tumpang sari polikultur kacang
tanah-jagung karena kacang tanah menambahkan nutrisi untuk jagung sehingga
dapat tumbuh lebih maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Chambell and R.
Mitchel. 1987. Biology 5th Ed. Addison Wesley Longman, Inc ; USA.
Djuffi.2006.
Penentuan pola distribusi, asosiasi dan interaksi apesies tumbuhan khususnya padang rumput di Taman Nasional
Baluran Jawa Timur. Jurnal of Biological Divercity
3:181.
Elfidasari, D. 2007 Jenis-jenis intraspesifik
dan interspesifik pada tiga jenis kuntul pada saat mencari makan di sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi
Banten. Jurnal Biodiversitas
8:266-29.
Odum, P.E. 1983.
Basic Ecology. Saunders Collage Publishing, United States of America.
Pranasari, R.A.
, Nurhidayati, T dan Durwani, K.L. 2012. Persaingan tanaman jagung (Zea mays)
dan rumput teki (Cyperus rorundus)
pada pengaruh tekanan garam (NaCl). Jurnal
Sains dan Seni ITS 1:235
Weafer, T.E and
Frederic, E.Clements.1938. Plant Ecology. 2th Edition MC.Grow –hill
Book Company, New York.
Zuchri,
A. 2007. Optimalisas hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan pemrosesan
daun jagung. Embryo 4:156-163.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar